Kamis, 15 November 2012

MUSHAF KESAYANGAN TUK AYAH TERCINTA



#scansema :)
Hari kian berlalu. Segala pengalaman dan perjuangan hidup telah banyak ayah dapatkan daripada diriku yang masih bisa dikatan sebagai anak bau tanah. Setiap aku bersama ayah, aku selalu merasakan kedamaian dan ketentraman. Aku selalu merasa ayah akan selalu menjagaku, memelukku jikalau aku mulai meringsut lemah tak berdaya akibat persaingan hebat kehidupan dunia. Ayah selalu menepuk pundakku dengan penuh kenyakinan, ia membisikkan kalimat motivasi padaku agar aku tetap berdiri tegap walau dunia tak merestuinya.


Beberapa bulan lalu, tepat pada umurku yang menginjak usia 15 tahun, ayah mengantarkanku menuju gerbang masa depan. Ya, ayah mengantarkanku menuju salah satu MAN (setara dengan SMA)  favorit di kotaku. Disinilah, aku akan melanjutkan belajarku untuk 3 tahun kedepan. Aku yang selama ini dekat dengan ayah dan  ayah yang selama ini mengurusi ini itu mengenai kebutuhanku, kini harus merelakanku berdiri pada kaki ku sendiri. Karna, ayah memintaku untuk nge-kost daripada mengendarai sepeda motor sendiri tuk berangkat dan pulang sekolah. Walau harus ku akui bahwa dalam benakku yang paling dalam, aku sedikit kecewa dengan keputusan tersebut. Namun, kini aku nyakin dan semakin nyakin bahwa keputusan itulah yang kini menyelamatkanku dari rasa capek jika aku harus bolak-balik dari rumah ke sekolah dengan jarak yang tak kurang dari 27 km.

Kini, ditengah-tengah kesibukan menjadi siswa baru di sekolah yang juga asing bagiku, aku merasa sangat capek, aku merasa lemah, aku bisa merasakan betapa susahnya kehidupan di dunia tanpa kerabat di sekeliling kita. Berkali-kali aku ingin mengirim pesan singkat pada ayah namun niat itu aku urungkan. Setiap aku mulai memegang pena tuk mengatakan apa yang aku rasakan sekarang, aku selalu berfikir, aku tak mau mengecewakan ayah yang telah rela mengorbankan harta, tenaga, serta nyawanya untuk anaknya yang tak pernah bisa mandiri ini.

Hingga suatu hari, aku pernah mengetahui ayah sedang mengumpat dan menyumpah serapahi seseorang yang tak aku kenal dengan kata-kata yang sangat kasar. Sungguh, walau bukan aku yang diolok-olok ayah namun hati ini turut tersayat-sayat. Selama ini yang ku tahu, ayah adalah seorang yang bijaksana dan selalu mengajarkan kebenaran pada diriku. Ia jugalah yang mengajariku agar selalu berkata dan berbudi yang baik. Namun, sungguh mata ini tak bisa memungkiri bahwa apa yang aku lihat saat itu adalah keadaan dimana ayah sedang marah besar terhadap seseorang. Sejak saat itulah, aku merasa dunia ini roboh, aku merasa dibohongi. Hanya ayahlah yang aku miliki. Ia penompang semangatku tuk tetap hidup dan berkarya. Dia lah yang selalu membangkitkanku. Namun aku sungguh kecewa dengan perlakuannya yang aku tak tahu apa sebab dari peristiwa itu dan aku memang tak pernah mau mengetahuinya.

Sudah beberapa bulan ini aku tak pulang ke kampung halaman. Aku sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan di kost-kost-an yang di kelilingi oleh teman-teman yang baik dan seru. Ayah tak pernah menengokku, apalagi sekedar menelponku tuk menanyakan kabar. Jujur aku rindu akan kalimat motivasinya yang selalu membuatku semakin kokoh berdiri bak pohon yang dipupuk dengan pupuk berkualitas. Hingga kini, pada penghujung bulan ramadhan, ayah tak menjemputku dari tempat kost. Padahal, mulai 2 hari lalu sekolah sudah memberikan libur untuk  penyambutan hari raya. Hari berganti hari, aku selalu menunggu ayah di depan gerbang sendirian, berharap ayah akan datang dengan senyumnya yang sangat manis. Namun, semakin aku menunggunya, hati ini semakin sesak dan air mata ini tak bisa dibendung. Jikalau sudah begitu, kakak senior di kost ku selalu mengajakku masuk dan menyuruhku mengambil air wudhu’ lalu mengajakku mengaji. Dalam setiap kata dalam al-quran selalu kubaca dengan iringan air mata yang terus menetes. Hingga suatu hari aku berniat tuk menghadiahkan mushaf kecil kesayanganku ini untuk ayah yang lebih kusanyangi. Semoga ayah bisa melihat betapa pilunya batin ini karna perubahan sikapnya.  Semoga al-qur’an ini bisa menyampaikan pesan rindu padanya. Semoga dan semoga. Hanya harapan lah yang selama ini bisa terucap dari mulutku.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar