Selasa, 27 Desember 2011

HIDUP ITU INDAH





“Allah menciptakan segala yang ada di bumi ini untuk kamu sekalian” (Al-Baqarah 29)

            Halte bus sedang sepi. Langit cerah dengan sengatan mentari terasa membakar. Tiba-tiba datang seorang remaja, tubuhnya basah terguyur keringat.
            “Koran, Om, berita gayus makin makyus” katanya seraya mengacungkan Koran yang dijajakan.
“Ada berita yang lebih gawat lagi?” tanyaku sambil memperhatikan anak tersebut.
“Mungkin ada, Om. Belia aja korannya, nanti tahu berita yang lebih gazwat.” Iya menyodorkan korannya sambil cengingisan. Penjual Koran ini menarik perhatian saya, ia nampak jenaka ditengah bising kota dan dibawah terik mentari seperti sekarang ini.
“kamu nggak sekolah?” Tanya saya.
“hi hi hi, mana ada biaya, Om.” Jawabnya dengan santai.
“Ah, masak, sayang lho, masih muda endak mau sekolah.”
“hi hi hi, bukannya endak mau, Om. Tapi apa gunanya juga sekolah? Saya pernah sekolah sampek kelas 2 SMP, lalu berhenti. Apa sih untungnya saya sekolah?”
“Ohh… banyak, misalnya, kamu bisa mudah cari kerja” jawab saya mantap.
“kerja? Hi hi hi.. sekarang say sudah kerja, Om. Tiap pulang bawa uang untuk ibu dan adik.” Jawab penjual Koran tersebut membuat saya tersentak.
“hi hi hi, gimana korannya, Om? Kata pemuda itu menghentikan lamunan saya. Nampak ketika ia tertawa gigi serinya ompong.
“kok gigi mu ompong?” Tanya saya.
“ya, Om. Sama seperti petinju Lionk Spink, kakak Michael spink.” Katanya dengan penuh jenaka. “korannya jadi enggak , Om?”
“beli satu untuk dibawa sambil kipas-kipas. Udara kelewat panas sampai baju basah, bus juga penuh terus , susah!” kata saya seraya memberikan uang.
“sabar, Om. Jangan gampang ngeluh, berkeringat itu sehat. Makasih ya, Om. Ini kembalinya. Saya beri uang baru supaya gampang masuk ke dompet, hihihi,, oh ya, Om. Ngomong-ngomong tentang susah. Emang hidup ini susah, Om. Tapi kesusahan jugalah yang membuat hidup itu indah, Om. Hi hi hi.” Ucapnya panjang lebar saraya pencicisan.
Anak itu ngeloyor pergi menjajakan korannya lagi. Hati saya tersa terbawa. Alangkah indahnya dunia ini dimata anak tersebut. Rasanya ia tak kenal mengeluh. Ketika giginya ompong, ia bilang seerti petinju terkenal Loin Spink. Ketika tubuh berkeringat ia bilang iyu sehat. Ketika ada kesusahan dia bilang itu indah.
Saya teringat kata-kata orang bijak :
“jangan rindukan taman bunga di seberang lautan, kalau sekuntum mawar di bawah jendelamu tidak bisa kau nikmati.”
“jangan kau menangis hanya karna tidak punya sepatu, karena banyak orang tidak menangis meskipun mereka tidak mempunyai kaki.”

Oleh : DRS. NURCHOLIS HUDA
Dengan sedikit perubahan


with love
cansema


Tidak ada komentar:

Posting Komentar