“Allah menciptakan segala yang ada di
bumi ini untuk kamu sekalian” (Al-Baqarah 29)
Halte bus sedang sepi. Langit cerah
dengan sengatan mentari terasa membakar. Tiba-tiba datang seorang remaja,
tubuhnya basah terguyur keringat.
“Koran, Om, berita gayus makin
makyus” katanya seraya mengacungkan Koran yang dijajakan.
“Ada berita yang lebih gawat lagi?” tanyaku sambil
memperhatikan anak tersebut.
“Mungkin ada, Om. Belia aja korannya, nanti tahu berita yang
lebih gazwat.” Iya menyodorkan korannya sambil cengingisan. Penjual Koran ini
menarik perhatian saya, ia nampak jenaka ditengah bising kota dan dibawah terik
mentari seperti sekarang ini.
“kamu nggak sekolah?” Tanya saya.
“hi hi hi, mana ada biaya, Om.” Jawabnya dengan santai.
“Ah, masak, sayang lho, masih muda endak mau sekolah.”
“hi hi hi, bukannya endak mau, Om. Tapi apa gunanya juga
sekolah? Saya pernah sekolah sampek kelas 2 SMP, lalu berhenti. Apa sih
untungnya saya sekolah?”
“Ohh… banyak, misalnya, kamu bisa mudah cari kerja” jawab
saya mantap.
“kerja? Hi hi hi.. sekarang say sudah kerja, Om. Tiap pulang
bawa uang untuk ibu dan adik.” Jawab penjual Koran tersebut membuat saya
tersentak.
“hi hi hi, gimana korannya, Om? Kata pemuda itu menghentikan
lamunan saya. Nampak ketika ia tertawa gigi serinya ompong.
“kok gigi mu ompong?” Tanya saya.
“ya, Om. Sama seperti petinju Lionk Spink, kakak Michael
spink.” Katanya dengan penuh jenaka. “korannya jadi enggak , Om?”
“beli satu untuk dibawa sambil kipas-kipas. Udara kelewat
panas sampai baju basah, bus juga penuh terus , susah!” kata saya seraya
memberikan uang.
“sabar, Om. Jangan gampang ngeluh, berkeringat itu sehat.
Makasih ya, Om. Ini kembalinya. Saya beri uang baru supaya gampang masuk ke
dompet, hihihi,, oh ya, Om. Ngomong-ngomong tentang susah. Emang hidup ini
susah, Om. Tapi kesusahan jugalah yang membuat hidup itu indah, Om. Hi hi hi.”
Ucapnya panjang lebar saraya pencicisan.
Anak itu ngeloyor pergi menjajakan korannya lagi. Hati saya
tersa terbawa. Alangkah indahnya dunia ini dimata anak tersebut. Rasanya ia tak
kenal mengeluh. Ketika giginya ompong, ia bilang seerti petinju terkenal Loin
Spink. Ketika tubuh berkeringat ia bilang iyu sehat. Ketika ada kesusahan dia
bilang itu indah.
Saya teringat kata-kata orang bijak :
“jangan rindukan taman
bunga di seberang lautan, kalau sekuntum mawar di bawah jendelamu tidak bisa
kau nikmati.”
“jangan kau menangis
hanya karna tidak punya sepatu, karena banyak orang tidak menangis meskipun
mereka tidak mempunyai kaki.”
Oleh : DRS. NURCHOLIS HUDA
Dengan sedikit perubahan
with love
cansema