Minggu, 18 Januari 2015

KARNA AKU MENCINTAIMU

Sesuatu yang menurutmu baik untukmu, belum tentu baik menurut Allah untukmu.

Dan sesuatu yang menurutmu buruk bagimu, belum tentu buruk menurut Allah bagimu”.


“Wahai Allah, aku meminta kepada-Mu kecintaan kepada-Mu, Kecintaan kepada orang yang mencintaimu, serta aku meminta amalan yang dapat mengantarkan aku kepada cinta-Mu.”

Sabtu, 17 Januari 2015

JANJI INSINYUR PERTANIAN

#scansema :)

Ambil cangkul mu… 
ambil cangkul mu.. 
kita bekerja tak jemu-jemu..
La..laa.laaa

Pagi yang indah. Seindah hari-hari Sofia selama di kampung tempat kelahiran ibunya. Mulutnya yang mungil terus saja mendendangkan lagu yang baru diajarkan neneknya beberapa hari lalu.

Hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Setelah semalaman ia tidak bisa tidur karna terus terbayang betapa menyenangkannya bisa turun ke sawah memanen tomat dengan tangannya sendiri.

“nenek, apakah ini sudah pagi?” tanyanya malam itu.

“tidurlah, sekarang masih pukul 11 malam” jawab nenek sambil membenahi selimut sofia yang sudah tak beraturan.

THE VIOLIST

 #scansema :)

Ada yang diam termenung tanpa harapan di hadapan sebuah gundukan tanah dengan papan kayu pada ujung-ujungnya. Tentu ia takkan pernah lupa. Masa di mana seakan ia ingin mengubur dirinya hidup-hidup bersama raganya agar ia tak sanggup bangkit kembali pada sang fana.

Hingga ingin kumusnahkan hatinya agar  semua yang ia rasakan hilang tenggelam. Aku merasa berhutang nyawa padanya. Ini semua salahku. Aku malu. Sungguh malu. Ingin rasanya kutinggalkan jas putih serta predikat dokter yang selalu mengawali namaku. Semestinya kutolong orang itu.

Aaahh, mengapa dulu aku begitu bodoh. Hanya karena masalah biaya, aku tidak mau menolongnya. Pertama, ia datang ke rumah sakit dimana aku bekerja, ia sedang membawa adik perempuannya yang terkulai lemah. Lemah tak berdaya karena harus berjuang bergulat dengan penyakit yang dideritanya, Arteriosklerosis. Sejenis penyakit pada penyumbatan pembuluh darah.

TEMAN KHAYALAN

 #scansema :)

“Kenapa kau tidak bermain dengan teman-teman mu?”
“Ah, tidak. Aku lebih senang di sini melihat mereka bermain”
“Aku Mona” Ucap gadis kecil berwajah pasi seraya mengulurkan tanggannya yang mungil ke hadapanku. Tangan kirinya menggendong boneka teddy bear dan menggenggam sebuah kotak musik dengan ukiran kembang jawa.
“Nana” Aku pun membalas uluran tangannya yang terasa dingin dengan cuaca sehangat ini. Wajahnya masih asing bagiku atau lebih tepatnya aku belum pernah melihatnya di panti ini.
“Kamu anak baru yaa?” Tanyaku sambil mengamati kotak musik yang digenggamnya erat.  
Ia menggeleng.
Satu detik. Dua detik. Sing.. Hening.
“Kenapa kau tidak bermain dengan teman-teman mu?” Tanyanya kembali
“Bukankah sudah ku jawab pertanyaanmu itu. Aku lebih senang di sini melihat mereka bermain” Jawabku sambil memainkan ujung rambutku yang keriting.
“Pergilah. Bermainlah dengan mereka. Aku yakin mereka akan senang.” Ucapnya sedikit memaksa.
“Tidaaaaak!!” Tanpa kusadari suaraku pun bergetar, air mataku menetes tanpa perlu dikomando. Tiba-tiba rasa benciku memuncak. Aku membenci keaadaanku saat ini.

TATKALA BINTANG HANYA BISA MEMBISU


#scansema
 
“Ayah, aku benci bintang-bintang disana” ucap Sandra seranya mendongak menatap kerlipan bintang dalam kesunyian malam. “Mereka hanya bisa terdiam ketika manusia di bumi sangat membutuhkan mereka sebagai teman dalam kesendirian” lanjut Sandra.
Sunyi. Ya, anggap saja malam ini sunyi. Hanya ada Ayah dan Sandra dalam kesunyian larut malam ini.
“memangnya Sandra membutuhkan apa dari sang bintang?” Tanya sang Ayah.
“Sandra pengen terbang diantara mereka, Yah. Sandra pengen meneriaki mereka supaya mereka lebih peka.” Terang Sandra sambil memainkan ujung jarinya.
“lebih peka??” Tanya ayah menegaskan ucapan anak semata wayangnya.
Tidak jarang memang, mereka menghabiskan waktu berdua tuk sekadar mengobrolkan hal yang mulanya penting hingga hal paling tidak penting bahkan bisa dikatakan tak logis.
“iya, Yah. Banyak yang bilang kalau kita sedang banyak masalah maka lihatlah bintang, maka pancaran sinarnya akan menenangkanmu.” Jelas Sandra yang notabene masih dalam usianya yang ke 8.
“lalu?” respon ayah singkat.
“aku tidak demikian,Yah.”