#scansema
“Ayah, aku benci bintang-bintang disana” ucap Sandra seranya mendongak menatap kerlipan bintang dalam kesunyian malam. “Mereka hanya bisa terdiam ketika manusia di bumi sangat membutuhkan mereka sebagai teman dalam kesendirian” lanjut Sandra.
“Ayah, aku benci bintang-bintang disana” ucap Sandra seranya mendongak menatap kerlipan bintang dalam kesunyian malam. “Mereka hanya bisa terdiam ketika manusia di bumi sangat membutuhkan mereka sebagai teman dalam kesendirian” lanjut Sandra.
Sunyi. Ya, anggap saja malam ini sunyi. Hanya ada Ayah
dan Sandra dalam kesunyian larut malam ini.
“memangnya Sandra membutuhkan apa dari sang bintang?”
Tanya sang Ayah.
“Sandra pengen terbang diantara mereka, Yah. Sandra
pengen meneriaki mereka supaya mereka lebih peka.” Terang Sandra sambil
memainkan ujung jarinya.
“lebih peka??” Tanya ayah menegaskan ucapan anak semata
wayangnya.
Tidak jarang memang, mereka menghabiskan waktu berdua
tuk sekadar mengobrolkan hal yang mulanya penting hingga hal paling tidak
penting bahkan bisa dikatakan tak logis.
“iya, Yah. Banyak yang bilang kalau kita sedang banyak
masalah maka lihatlah bintang, maka pancaran sinarnya akan menenangkanmu.”
Jelas Sandra yang notabene masih dalam usianya yang ke 8.
“lalu?” respon ayah singkat.
“aku tidak demikian,Yah.”
Sing. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Dan detik
berikutnya berlalu. Mereka membiarkan nyanyian katak beradu mengisi kesunyian
sang malam.
Keduanya merenung dalam pikiran masing-masing. Hingga
akhirnya sang ayah angkat bicara. “Sandra sedang ada masalah, ya?”
“he??”
“kenapa?? Sandra lagi ada masalah sama temen sekelas?”
Tanya ayah.
“tidak, yah. Tidak. Sandra hanya benci pada sang
bintang. Mereka seakan hanya bisa tertawa lebar dengan sinarnya tatkala banyak
orang yang sedang membutuhkan mereka. Sandra benci bintang-bintang itu, Yah.”
“Sandra di kelas punya temen yang sering curhat ke
Sandra, tidak?” Tanya Ayah mencoba meredakan pikiran yang sedang berkecambuk.
“ada” jawab Sandra singkat.
“apa Sandra selalu menjawab segala yang mereka
curhatkan?”
Sandra berfikir sejenak.
“Sandra, perhatikan bintang-bintang itu. laksana angin
yang melegakan walau mereka tak pernah nampak. Namun, bintang punya caranya
sendiri. Ia lebih memberikan sinarnya untuk menenangkan orang disekitarnya.
Tidak harus dengan kata-kata, Sandra. Justru mereka sangat peka dengan keadaan
kita. Mereka terus memancarkan sinarnya tanpa peduli apakah kita sedang
membutuhkan atau tidak. Karna mereka hanya tahu satu hal. Mereka tahu bahwa
hidup di atas panggung dunia ini tidaklah mudah maka dari itu mereka menguatkan
kita dengan sinar terang yang orang sebut sebagai sinar ketenangan” jelas ayah
tenang.
Tidak ada respon selanjutnya dari Sandra. Giliran ia yang
membisu sekarang. Benar kata ayahnya. Setiap orang, bahkan bintang pun, punya
caranya tersendiri untuk merespon suatu hal. Dan tidak ada yang salah dengan
cara mereka masing-masing.
Sekarang Sandra bisa tersenyum pada sang bintang.
Matanya turut bersinar karna tatapan bangga. Rupanya bintang-bintang itu telah
mengajarkan banyak hal yang ia tak megerti.
Dan yang selalu sandra ingat saat ini dan untuk masa
depannya adalah tak selamanya yang terdiam itu membisu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar